KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN
Kecamatan Baturiti salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Tabanan. Terletak dibagian utara Kabupaten Tabanan,memiliki luas wilayah 99,17 KM² terdiri dari daerah pegunungan. Secara geografis terletak antara 1140 – 54’ 52” bujur timur dan 80 14’ 30” – 80 30’07” lintang selatan. Topografi wilayah terletak di antara ketinggian 300-990 m dpl.Jumlah penduduk 50.798 jiwa, terdiri dari 25.591 orang laki-laki, 25.207 orang adalah perempuan, dengan jumlah KK terdiri dari 12.896 KK.
Senin, 20 Agustus 2018
Senin, 13 Agustus 2018
Minggu, 12 Agustus 2018
Jumat, 03 Agustus 2018
Selasa, 13 Februari 2018
Danau Beratan: Tempat Wisata Danau Bratan Bedugul Bali
Objek wisata Danau Beratan Bali, Indonesia, tempat wisata Danau Bratan Bedugul Bali sebagai kawasan favorit dikunjungi oleh wisatawan di Pulau Dewata
Danau Beratan atau juga disebut Danu Bratan terletak di kawasan Bedugul, desa Candikuning, kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan, Bali. Kurang lebih 55 km dari kota Denpasar,
Danau Bratan terletak di ketinggian ± 1240 m diatas permukaan laut,
temperatur di kawasan danau Beratan (area Bedugul) kurang lebih 18° C
pada malam hari dan ± 24° C pada siang hari.
Danau Beratan mempunyai luas kira-kira 375.6 hektar dengan kedalaman
antara 22-48 meter dengan luas keliling kurang lebih 12 km. Danau Bratan
adalah danau terluas dan terbesar kedua setelah danau Batur di Bali, yang berfungsi sangat penting sebagai sumber utama irigasi pada daerah yang berada di bagian tengah pulau Bali.
Foto credit: Tanti Ruwani via Flickr
Danau Beratan adalah salah satu dari 20 danau terbaik dan terindah di dunia (The World's 20 Most Beautiful Lake, sumber: www.huffingtonpost.com).
Danu Bratan sangat dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata
terbaik yang dikunjungi oleh ribuan wisatawan mancanegara maupun
domestik, segarnya udara pegunungan dengan pemandangan danau, pura dan
gunung yang indah dan jauh dari kebisingan kota membuat tempat ini
menjadi tempat wisata favorit dan objek wisata yang direkomendasikan
untuk dikunjungi selama liburan di pulau dewata.
Di kawasan danau juga difasilitasi dengan akomodasi yang memadai
seperti hotel, villa, restoran untuk kenyamanan pengunjung. Bagi anda
yang suka dengan wisata air, di kawasan danau Beratan juga terdapat
permainan air seperti parasailing, bermain kano ataupun jetski. Pada
bagian timur dari danau Bratan terdapat sebuah gunung yang disebut Gunung Catur (orang Bali menyebutnya Pucak Mangu) sebagai tempat yang sangat bagus untuk hiking, dan tidak jauh dari kawasan danau juga terdapat tempat wisata yang menarik lainnya seperti kebun raya Eka Karya Bedugul, pasar buah dan sayur-sayuran Bedugul, dan ada juga danau Buyan dan danau Tamblingan.
Pura Ulun Danu di Danau Beratan
Foto credit: Daniel Rubio via Flickr
Pura Ulun Danu terletak di bagian ujung dari danau Beratan, Pura Ulun Danu Beratan
dibangun sekitar awal dari abad ke-17, berfungsi untuk memuja kebesaran
Tuhan untuk memohon anugerah kesuburan, kemakmuran, kesejahteraan
manusia, dan untuk keseimbangan alam semesta.
Pura Ulun Danu Bratan memiliki pemandangan yang sangat indah ketika
di pagi hari disaat matahari terbit dan kabut menyelimuti bagian dari
gunung, dan pantulan bayangan dari pura Ulun Danu terlihat sangat
menakjubkan dari permukaan air danau Beratan sehingga momen ini sangat
di sukai oleh para turis dan para fotografer yang ingin mengabadikan
keindahan dari pura Ulun Danu ini.
Peta Danau Bratan
Lokasi dan Peta danau Beratan/Bratan Bedugul Bali oleh Google MapsSelasa, 02 Januari 2018
Rabu, 13 September 2017
Kamis, 24 Agustus 2017
Kamis, 10 Agustus 2017
Filosopi Saraswati
SARASWATI
Dewi Saraswati
diyakini sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa dalam fungsi-Nya sebagai dewi
ilmu pengetahuan. Dalam berbagai lontar di Bali disebutkan "Hyang
Hyangning Pangewruh."
Di India umat Hindu mewujudkan Dewi Saraswati sebagai dewi yang amat cantik bertangan empat memegang: wina (alat musik), kropak (pustaka), ganitri (japa mala) dan bunga teratai. Dewi Saraswati dilukiskan berada di atas angsa dan di sebe-lahnya ada burung merak. Dewi Saraswati oleh umat di India dipuja dalam wujud Murti Puja. Umat Hindu di Indonesia memuja Dewi Saraswati dalam wujud hari raya atau rerahinan.
Hari raya untuk memuja Saraswati dilakukan setiap 210 hari yaitu setiap hari Sabtu Umanis Watugunung. Besoknya, yaitu hari Minggu Paing wuku Sinta adalah hari Banyu Pinaruh yaitu hari yang merupakan kelanjutan dari perayaan Saraswati. Perayaan Saraswati berarti mengambil dua wuku yaitu wuku Watugunung (wuku yang terakhir) dan wuku Sinta (wuku yang pertama). Hal ini mengandung makna untuk mengingatkan kepada manusia untuk menopang hidupnya dengan ilmu pengetahuan yang didapatkan dari Sang Hyang Saraswati. Karena itulah ilmu penge-tahuan pada akhirnya adalah untuk memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewi Saraswati.
Pada hari Sabtu wuku Watugunung itu, semua pustaka terutama Weda dan sastra-sastra agama dikumpulkan sebagai lambang stana pemujaan Dewi Saraswati. Di tempat pustaka yang telah ditata rapi dihaturkan upacara Saraswati. Upacara Saraswati yang paling inti adalah banten (sesajen) Saraswati, daksina, beras wangi dan dilengkapi dengan air kumkuman (air yang diisi kembang dan wangi-wangian). Banten yang lebih besar lagi dapat pula ditambah dengan banten sesayut Saraswati, dan banten tumpeng dan sodaan putih-kuning. Upacara ini dilangsungkan pagi hari dan tidak boleh lewat tengah hari.
Menurut keterangan lontar Sundarigama tentang Brata Saraswati, pemujaan Dewi Saraswati harus dilakukan pada pagi hari atau tengah hari. Dari pagi sampai tengah hari tidak diperkenankan membaca dan menulis terutama yang menyangkut ajaran Weda dan sastranya. Bagi yang melaksanakan Brata Saraswati dengan penuh, tidak membaca dan menulis itu dilakukan selama 24 jam penuh. Sedangkan bagi yang melaksanakan dengan biasa, setelah tengah hari dapat membaca dan menulis. Bahkan di malam hari dianjurkan melakukan malam sastra dan sambang samadhi.
Besoknya pada hari
Radite (Minggu) Paing wuku Sinta dilangsungkan upacara Banyu Pinaruh. Kata
Banyu Pinaruh artinya air ilmu pengetahuan. Upacara yang dilakukan yakni
menghaturkan laban nasi pradnyam air kumkuman dan loloh (jamu) sad rasa
(mengandung enam rasa). Pada puncak upacara, semua sarana upacara itu diminum
dan dimakan. Upacara lalu ditutup dengan matirtha. Upacara ini penuh makna
yakni sebagai lambang meminum air suci ilmu pengetahuan.
Filosofi dan Mitologi
Upacara dan upakara
dalam agama Hindu pada hakikatnya mengandung makna filosofis sebagai penjabaran
dari ajaran agama Hindu. Secara etimologi, kata Saraswati berasal dari Bahasa
Sansekerta yakni dari kata Saras yang berarti "sesuatu yang mengalir"
atau "ucapan". Kata Wati artinya memiliki. Jadi kata Saraswati secara
etimologis berarti sesuatu yang mengalir atau makna dari ucapan. Ilmu
pengetahuan itu sifatnya mengalir terus-menerus tiada henti-hentinya ibarat
sumur yang airnya tiada pernah habis mes-kipun tiap hari ditimba untuk
memberikan hidup pada umat manusia.
Sebagaimana
disebutkan, Saraswati juga berarti makna ucapan atau kata yang bermakna. Kata
atau ucapan akan memberikan makna apabila didasarkan pada ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan itulah yang akan menjadi dasar orang untuk menjadi manusia
yang bijaksana. Kebijaksanaan merupakan dasar untuk mendapatkan kebahagiaan
atau ananda. Kehidupan yang bahagia itulah yang akan mengantarkan atma kembali
luluh dengan Brahman.
Dalam upacara atau hari raya Saraswati, bagi umat Hindu di Indonesia, upacara dihaturkan dalam tumpukan lontar-lontar atau buku-buku keagamaan dan sastra termasuk pula buku-buku ilmu pengetahuan lainnya. Bagi umat Hindu di Indonesia aksara yang merupakan lambang itulah sebagai stana Dewi Saraswati. Aksara dalam buku atau lontar adalah rangkaian huruf yang membangun ilmu pengetahuan aparawidya maupun parawidya. Aparawidya adalah ilmu pengetahuan tentang ciptaan Tuhan seperti Bhuana Alit dan Bhuana Agung. Parawidya adalah ilmu pengetahuan tentang sang pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu di Indonesia - juga di Bali - tidak ada pelinggih khusus untuk memuja Saraswati yang di Bali diberi nama lengkap Ida Sang Hyang Aji Saraswati.
Gambar atau patung
Dewi Saraswati yang dikenal di Indonesia berasal dari India. Dewi Saraswati ada
digambarkan duduk dan ada pula versi yang berdiri di atas angsa dan bunga
padma. Ada juga yang berdiri di atas bunga padma, sedangkan angsa dan burung
meraknya ada di sebelah menyebelah dengan Dewi Saraswati. Tentang perbedaan
versi tadi bukanlah masalah dan memang tidak perlu dipersoalkan. Yang
terpenting dari penggambaran Dewi Saraswati itu adalah makna filosofi yang ada
di dalam simbol gambar tadi. Dewi yang cantik dan berwibawa menggambarkan bahwa
ilmu pengetahuan itu adalah sesuatu yang amat menarik dan mengagumkan.
Kecantikan Dewi Saraswati bukanlah kemolekan yang dapat merangsang munculnya
nafsu birahi.
Kecantikan Dewi
Saraswati adalah kecantikan yang penuh wibawa. Memang orang yang berilmu itu
akan menimbulkan daya tarik yang luar biasa. Karena itu dalam Kakawin Niti
Sastra ada disebutkan bahwa orang yang tanpa ilmu pengetahun, amat tidak
menarik biarpun yang bersangkutan muda usia, sifatnya bagus dan keturunan
bangsawan. Orang yang demikian ibarat bunga merah menyala tetapi tanpa bau
harum sama sekali. Sedangkan cakepan atau daun lontar yang dibawa Dewi
Saraswati merupakan lambang ilmu pengetahuan.
Sedangkan genitri
adalah lambang bahwa ilmu pengetahuan itu tiada habis-habisnya. Genitri juga
lambang atau alat untuk melakukan japa. Ber-japa yaitu aktivitas spiritual
untuk menyebut nama Tuhan berulang-ulang. Ini pula berarti, menuntut ilmu
pengetahuan merupakan upaya manusia untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Ini
berarti pula, ilmu pengetahuan yang mengajarkan menjauhi Tuhan adalah ilmu yang
sesat.
Wina yaitu sejenis
alat musik, yang di Bali disebut rebab. Suaranya amat merdu dan melankolis. Ini
melambangkan bahwa ilmu pengetahuan itu mengandung keindahan atau estetika yang
amat tinggi. Bunga padma adalah lambang Bhuana Agung stana Tuhan Yang Maha Esa.
Ini berarti ilmu pengetahuan yang suci itu memiliki Bhuana Alit dan Bhuana
Agung. Teratai juga merupakan lambang kesucian sebagai hakikat ilmu
pengetahuan.
Angsa adalah jenis
binatang unggas yang memiliki sifat-sifat yang baik yaitu tidak suka berkelahi
dan suka hidup harmonis. Angsa juga memiliki kemampuan memilih makanan.
Meskipun makanan itu bercampur dengan air kotor tetapi yang masuk ke perutnya
adalah hanya makanan yang baik saja, sedangkan air yang kotor keluar dengan
sendirinya. Demikianlah, orang yang telah dapat menguasai ilmu pengetahuan,
kebijaksanaan mereka memiliki kemampuan wiweka. Wiweka artinya suatu kemampuan
untuk membeda-bedakan yang baik dengan yang jelek dan yang benar dengan yang
salah.
Bunga Padma atau bunga
teratai adalah bunga yang melambangkan alam semesta dengan delapan penjuru mata
anginnya (asta dala) sebagai stana Tuhan. Burung merak adalah lambang
kewibawaan. Orang yang mampu menguasai ilmu pengetahuan adalah orang yang akan
mendapatkan kewibawaan. Sehubungan dengan ini, Swami Sakuntala Jagatnatha dalam
buku Introduction of Hinduisme menjelaskan bahwa ilmu yang dapat dimiliki oleh
seseorang akan menyebabkan orang-orang itu menjadi egois atau sombong. Karena
itu ilmu itu harus diserahkan pada Dewi Saraswati sehingga pemiliknya menjadi
penuh wibawa karena egoisme atau kesombongan itu telah disingkirkan oleh
kesucian dari Dewi Saraswati. Ilmu pengetahuan adalah untuk memberi pelayanan
kepada manusia dan alam serta untuk persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Di dalam upakara yang
disebut Banten Saraswati salah satu unsurnya ada disebut jajan Saraswati. Jajan
ini dibuat dari tepung beras berwarna putih dan berisi lukisan dua ekor
binatang cecak. Mata cecak itu dibuat dari injin (beras hitam) dan di
sebelahnya ada telur cecak. Dalam banten Saraswati itu mempunyai arti yang
cukup dalam. Menurut para ahli Antropologi, bangsa-bangsa Austronesia memiliki
kepercayaan bahwa binatang melata seperti cecak diyakini memiliki kekuatan dan
kepekaan pada getaran-getaran spiritual. Jajan Saraswati yang berisi gambar
cecak memberi pelajaran bahwa ilmu pengetahuan itu jangan hanya berfungsi
mengembangkan kekuatan ratio atau pikiran saja, tetapi harus mampu mendorong
manusia untuk memiliki kepekaan intuisi sehingga dapat menangkap
getaran-getaran rohani.
Dalam lontar Saraswati
juga memakai daun beringin. Daun beringin adalah lambang kelanggengan atau keabadian
serta pengayoman. Ini berarti ilmu pengetahuan itu bermaksud mengantarkan
kepada kehidupan yang kekal abadi. Ilmu pengetahuan juga berarti pengayoman.
Tentang Dewi Saraswati
ada cerita menarik yang terdapat dalam Utara Kanda bagian dari epos Ramayana.
Dalam cerita tersebut dikisahkan Dewi Saraswati bersemayam secara gaib di lidah
Kumbakarna sehingga dunia terhindar dari kekacauan. Alkisah Resi Waisrawa
beristri Dewi Kaikaisi. Pasangan Resi ini berputra empat orang, tiga orang laki
dan seorang perempuan.
Putra sang resi yang
pertama bernama Dasa Muka (Rahwana), kedua Kumbakarna, ketiga bernama Dewi
Surpanaka dan yang terkecil bernama Gunawan Wibhisana. Sang Resi menugaskan
putra laki-lakinya supaya bertapa di gunung Gokarna. Ketiga putra Resi Waisrawa
itu kemudian membangun tempat pertapaan yang terpisah-pisah di gunung Gokarna.
Bertahun-tahun mereka bertapa dengan teguh dan tekunnya. Karena ketekunannya
itu, lalu Dewa Brahma berkenan memberikan anugrah.
Pertama-tama Dewa
Brahma mendatangi Rahwana. Dewa Brahma menanyakan tentang apa yang diharapkan
dalam tapanya ini. Rahwama mengajukan permohonan dapat kiranya Dewa Brahma
menganugrahkan kekuasaan di seluruh dunia. Semua dewa, gandarwa, manusia dan
seluruh makhluk di dunia ini tunduk padanya. Permohonan Rahwana ini dikabulkan.
Selanjutnya Dewa
Brahma menuju pertapaan Gunawan Wibhisana dan menyatakan pula akan memberikan
anugrah atas tapanya. Gunawan Wibhisana menyampaikan permohonannya dapat
kiranya Dewa Brahma memberikan anugrah berupa kesehatan dan ketenangan rohani,
memiliki sifat-sifat utama dan taat melakukan pemujaan kepada Tuhan. Dewa
Brahma mengabulkan permohonan Wibhisana. Begitu Dewa Brahma akan beranjak
menuju pertapaan Kumbakarna para dewa berdatang sembah kepada Dewa Brahma. Para
dewa memohon agar Dewa Brahma tidak menganugrahkan permohonan Kumbakarna.
Pasalnya, Kumbakarna berbadan raksasa yang maha hebat. Kalau ia punya
kesaktian, sungguh sangat membahayakan keselamatan manusia di dunia. Meskipun
ada permohonan para dewa itu, Dewa Brahma bertekad memberikan anugrah. Sebab,
jika tidak, Brahma merasa berlaku tidak adil kepada ketiga putra Resi Waisrawa.
Apalagi Kumbakarna juga melakukan tapa yang tekun sehingga layak mendapat
anugrah. Namun untuk memenuhi permohonan para dewa itu, Dewa Brahma punya akal.
Istri atau saktinya yaitu Dewi Saraswati diutus supaya berstana di lidah
Kumbakarna dan bertugas untuk membuat lidahnya salah ucap.
Setelah itu Dewa
Brahma datang memberikan anugrah pada Kumbakarna. Kumbakarna memohon anugrah
yakni agar selama hidupnya selalu senang. Karena itu ia semestinya mengucapkan
"suka sada". Namun akibat Saraswati membelokkan lidah Kumbakarna,
ucapan yang terlontar dari mulut raksasa tinggi besar itu adalah "supta
sada" yang artinya selalu tidur. Suka artinya senang dan supta artinya
tidur. Andaikata Kumbakarna mendapatkan anugrah hidup bersenang-senang, maka
besar kemungkinannya ia selalu meng-humbar hawa nafsu. Raksasa yang menghumbar
hawa nafsu tentu akan dapat mengacaukan kehidupan di dunia. Demikianlah peranan
Dewi Saraswati, dengan kata-kata yang tersaring dalam lidah dapat menyelamatkan
dunia dari kekacauan.
Di dalam kesusastraan
Weda, Saraswati adalah nama sungai yang disebut Dewa Nadi artinya sungainya
para dewa. Sungai Saraswati terletak di selatan daerah Brahmawarta atau
Kuruksetra. Di sebelah utara Kuruksetra ada sungai bernama sungai Dasdwati.
Kedua sungai itu diyakini berasal dari Indraloka. Karena itulah disebut Dewa
Nadi. Keterangan ini juga diuraikan dalam Manawa Dharmasastra II,17. Karena
itulah sungai Saraswati amat dihormati dalam puja mantra agama Hindu seperti
dalam mantra Sapta Tirtha atau Sapta Gangga uang menyebutkan tujuh sungai utama
di India. Tujuh sungai itu yaitu sungai Gangga, Saraswati, Shindu, Wipasa,
Kausiki, Yamuna dan Serayu. Dalam mantram Surya Sewana, Saraswati dipuja pula
dalam Catur Resi yaitu Sarwa Dewa, Sapta Resi, Sapta Pitara dan Saraswati.
Dewi Saraswati
diyakini pula sebagai pemelihara kitab suci Weda. Hal ini diceritakan dalam
Salya Parwa sebagai berikut. Di lembah sungai Saraswati, terdapat tujuh resi
ahli Weda yaitu Resi Gautama, Bharadwaja, Wiswamitra, Yamadageni, Resi
Wasistha, Kasiyapa dan Atri. Ketika musim kemarau datang, keadaan di lembah
sungai Saraswati itu kering. Tumbuh-tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik.
Bahan makanan pun menjadi sulit didapat.
Karena keadaan alam
yang gersang seperti itu, Sapta Resi itupun pindah ke tempat lain. Sedangkan
putra Dewi Saraswati yang bernama Saraswata masih setia bertempat tinggal di
lembah sungai Saraswati. Karena kesetiaannya tinggal di tempat itu, Saraswata
mendapat perlindungan dari ibunya. Saraswata tetap mendapat bahan makanan dari
lembah sungai itu. Para Resi yang meninggalkan lembah sungai Saraswati, lambat
laun tidak tahan pada keadaan yang dialaminya. Karena di tempatnya yang baru,
mereka sulit juga mengubah nasib. Lagi pula para resi tadi telah lupa pada isi
Weda. Padahal, memahami Weda merupakan suatu kewajiban yang mutlak sebagai
identitas seorang resi. Gelar resinya akan tanpa makna kalau sampai lupa pada isi
Weda.
Keadaan itu
menyebabkan sang Sapta Resi kembali ke lembah sungai Saraswati. Di lembah
sungai Saraswati itulah para resi mohon kesediaan Dewi Saraswati membangkitkan
kesadarannya untuk kembali dapat memahami isi Weda yang merupakan tugas
pokoknya. Dewi Saraswati memberi anugrah apabila para resi bersedia menjadi
siswanya. Para resi bertanya, apakah patut orang yang lebih tua berguru pada
yang muda karena Dewi Saraswati masih sangat muda. Terhadap pertanyaan ini,
Dewi Saraswati menjelaskan, seorang guru kerohanian tidaklah tergantung pada
umurnya, kekayaannya, kebangsawanannya. Seorang guru kerohanian patut dilihat
dari kemampuannya menguasai dan menyampaikan isi Weda. Kedewasaan spiritual
Wedalah yang menjadi patokan utama. Penjelasan itu yang menyebabkan semua resi
tetap berguru pada Dewi Saraswati.
Setelah kejadian itu,
datang lagi enam puluh ribu orang menghadap Dewi Saraswati agar diterima
sebagai murid karena ingin mendalami lautan rohani Weda. Lewat para resi dan
siswa tadi, Dewi Saraswati mengidupkan dan menyebarkan isi Veda ke seluruh
pelosok dunia.
Mitologi Dewi
Saraswati dijelaskan pula dalam kitab Aiterya Brahmana. Dikisahkan seorang
pendeta bernama Resi Kawasa keturunan Sudra Wangsa. Pada suatu hari, sang resi
memimpin suatu upacara yajña. Karena resi itu keturunan Sudra Wangsa, maka sang
resi dilarang memimpin upacara oleh pendeta dari Wangsa Brahmana. Sang resi
Kawasa diusir dan dibuang ke padang pasir dengan tujuan agar ia mati di
tengah-tengah padang pasir yang gersang itu. Setelah ia berada di tengah-tengah
padang pasir, Resi Kawasa tetap melakukan pemujaan kepada Tuhan. Karena
khusuknya pemujaan, turunlah Dewi Saraswati dengan penuh kasih sayang. Resi
Kawasa pun diajarkan Weda mantra lengkap dengan Stuti dan Stotranya. Karena
ketekunannya, semua pelajaran dari Dewi Saraswati dapat dikuasainya dengan
baik. Kesucian dan kemampuan Resi Kawasa akhirnya jauh meningkat dari
sebelumnya.
Dewi Saraswati
menganggap, kemampuan Resi Kawasa sudah luar biasa. Sang resi pun diizinkan
kembali ke tempatnya oleh Dewi Saraswati. Setelah ia sampai di tempatnya
semula, pendeta dari Wangsa Brahmana itu amat kagum atas keberhasilan Resi
Kawasa. Resi Kawasa memang mampu menujukkan kemahirannya tentang Weda baik
teori maupun praktek kehidupan sehari-hari berupa tingkah laku yang bersusila
tinggi. Akibat keutamaannya itu, Resi Kawasa diakui semua umat dan semua resi
sebagai brahmana pendeta sejati.
Demikianlah kekuasaan
Dewi Saraswati akan dapat memberikan peningkatan kesucian dan kehormatan kepada
mereka yang memujanya dengan sungguh-sunguh.
Pada Hari Raya
Saraswati Tentang bunga padma yang di Bali disebut bunga tunjung dipegang oleh
salah satu tangan patung atau gambar Dewi Saraswati adalah memiliki
lambang-lambang tersendiri. Di dalam Kakawin Saraswati disebutkan, bunga padma
putih yang sedang kembang merupakan lambang jantung di Bhuana Alit. Padma merah
ada dalam hati, padma biru ada dalam empedu. Budi suci sebagai aliran sungai
Sindhu selalu meyakini kesuburan bunga-bunga padma yang berwarna-warni itu.
Kecakapan bagaikan aliran sungai Narmada. Kemurnian hatiku sebagai sungai
Gangga. Dewi Saraswati berstana di lidah dan Dewi Irawati berstana di mata.
Demikianlah tujuan pemujaan Dewi Saraswati. Kalau tujuan pemujaan Dewi
Saraswati dapat tercapai maka terhindarlah kita dari godaan penyakit, kelakuan
jahat dan buruk.
Semua perumpamaan itu
adalah suatu metoda seni sastra agama untuk mendatang kehalusan budi. Agama
mengarahkan hidup, ilmu pengetahuan memudahkan hidup, sedangkan seni
menghaluskan hidup. Karena itulah, memuja Tuhan Yang Maha Esa menurut pandangan
Hindu juga menggunakan aspek seni. Pemujaan kepada Dewi Saraswati tiada lain
adalah memuja Tuhan Yang Maha Esa dalam aspeknya sebagai sumber ilmu
pengetahuan suci Weda. Menggapai kesucian Weda hendaknya juga melalui seni
budaya yang indah. Khususnya yang didasarkan oleh keindahan seni itulah yang
akan dapat dijadikan dasar untuk mencapai kesucian Sang Hyang Weda.
Hari Saraswati
merupakan manifestasi Hyang Widhi sebagai Dewa Ilmu Pengetahuan, Kekuatan Hyang
Widhi dalam manifestasi-Nya ini dilambangkan dengan seorang Dewi, Dewi membawa
alat musik, Genitri,, Pustaka suci, Teratai, serta duduk di atas angsa.
1. Dewi simbol, bahwa
ilmu Pengetahuan itu indah, cantik, menarik, dan lemah lembut dan mulia
2. Alat musik simbol,
bahwa ilmu Pengetahuan itu seni budaya yang agung
3. Genetri simbol,
bahwa ilmu pengetahuan itu tak terbatas dan kekal abadi
4. Pustaka suci
simbol, bahwa itu sumber ilmu pengetahuan yang suci
5. Teretai simbol,
bahwa ilmu pengetahuan itu merupakan kesucian Hyang Widhi
6. Anga adalah simbol
kebijaksanaan, Angsa bisa membedakan antara yang baik dan buruk.
Kamis, 06 Juli 2017
Selasa, 20 Juni 2017
Kamis, 08 Juni 2017
Selasa, 30 Mei 2017
Langganan:
Postingan (Atom)